Hari ini udah genap sepuluh tahun persahabatan Dina dan Vidy, entah Vidy mengingatnya atau dia lupa tentang hari ini. Karena udah dua tahun belakangan ini Vidy selalu lupa hari ultah persahabatan mereka.
Kriinggg…. Handphone Dina berbunyi, “hallo.., kenapa Vid’ ?”
Sahutnya, “Ngga ada apa-apa, cumin iseng ajah. Lagi ngapaen ?”
(sambil ngeliat ke arah hp, pasang muka yang terjelek) Dina pun menjawab dengan nada cuek, “oh, nga ngapa-ngapaen kok”. (lagi-lagi gini, lagi-lagi cmn ucapan ini L, sekalian ajah ngga usah nelpon huuftt…)
Malem nya Vidy sms, “hy”. “hy to..”. “med hrii persahabatn kta”. Oh my goooodd… ternyata ricky ngga lupa, langsung ajah aku jawab, “iya med hari persahabatan kita, tapi kok telad ngucapinnya? Yah aku sangka kamu udah lupa sama hari ini”. “hehe… ngga mungkin lah aku lupa, jelek”. (ya jelek panggilan manja persahabatan kami, hehe..) “bagus deh, kalo masih inget”. “aku sengaja ngucapin telad biar persahabatan kita bisa bertahan lama seperti halnya aku ngucapinnya lama ke kamu”. (Dina pun langsung terhanyut membaca sms nya, sambil senyum-senyum sendiri. Rasanya aku udah macem orang gila hehehehe..).
***
Udah sepuluh tahun lamanya persahabatan mereka hanya gitu-gitu ajah ngga ada yang lebih dan berubah dari sikapnya Vidy ke Dina. Cuek, dingin, ngga mau tau, dan ngga peduli gitu walaupun Dina tau bahwa Vidy menyimpan perasaan yang sama.
Sore ini Vidy akan pergi ke Singapore, Dina mengetahui kabar tersebut di kampus dari salah satu temen Vidy. Mengetahui kabar tersebut, Dina bergegas mengemudikan mobilnya dengan kencang kearah rumah Vidy. Dina pun tak kuasa menahan air matanya ketika tahu Vidy telah pergi sejam yang lalu. Sepulang kerumah aku langsung masuk kamar dan membaca surat dari Vidy yang dititipkan kepada mboknya.
“Din, maafin aku y.. karena dihari ultah persahabatan kita aku tak ada disampingmu. Aku sadar bahwa udah dua tahun belakangan ini aku selalu sibuk keluar negri karena aku harus mengurus perkuliahan ku di Singapore. Aku terpaksa pindah kuliah, karena aku ingin mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang lebih menantang lagi di negeri orang. Tapi, aku ada kado buat kamu dan aku yakin kamu pasti suka. Kado itu aku titipkan sama mama kamu. Sebenarnya aku ingin memberikannya langsung kekamu, tapi aku tak sanggup bila harus melihat wajah mungil kamu itu untuk terakhir kalinya. Tapi, kamu tenang saja, aku akan selalu mengirimkan surat kepadamu tanda bahwa aku disini baik-baik saja”.
Air mata Dina pun jatuh seiring ia membaca surat dari Sahabatnya tersebut, sahabat yang sangat ia sayangi, sahabat yang dapat memberikannya arti hidup, sahabat yang mengerti dikala suka dan duka, sahabat yang selalu membuatnya tesenyum, dan sahabat yang ia yakini suatu saat akan menjadi pendamping hidupnya.
Dina selalu ingat kata-kata yang selalu diucapkan Vidy kepadanya,
“Din, aku ingin hidup selamanya bersamamu. Tapi, aku ngga mau kamu terluka suatu saat nanti. Aku ngga mau ada air mata diwajah cantik kamu itu suatu saat nanti, dan aku ngga mau suatu saat nanti…………?????????? “
Yah, Vidy selalu memutuskan pembicaraannya diakhir kalimatnya, dengan wajah ceria dan penuh senyum seakan-akan Vidy selalu hidup dalam hatiku. Entah ia hanya ingin menghibur ku atau ada sesuatu yang dirahasiakan, entah lah toh itu hanya lah sebuah kata-kata yang menurutku hanya ungkapan semata, terang Dina.
***
Sudah setahun tiada surat masuk dari Vidy, padahal ia selalu megirimkan Dia surat yang menandakan bahwa kabarnya baik-baik saja. Surat dari Dina pun tiada balasan. Dan sudah setahun belakangan ini Dina hanya ditemani oleh Vina, kelinci putih yang dihadiahi oleh Vidy dihari ultah persahabatan mereka. Mereka menamai kelinci tersebut Vina, singkatan dari nama mereka Vidy dan Dina.
Pagi ini Dina berencana sehabis dari kampus ia akan berkunjung kerumah Vidy, silaturahmi sekaligus menanyakan kabar Vidy.
Tapi, tak ada satupun orang yang ada dirumah tersebut. Dan kata tetangga Vidy, bahwa rumah tersebut sudah setahun yang lalu di sita pihak Bank. Aku pun langsung terenung mendengar kabar tersebut, kenapa rumah ini bisa disita Bank? Dan buat apa orang tua Vidy berhutang pada Bank, bukan kah mereka itu kaya dan orang terpandang? Kalo emang iya mereka sudah tidak dirumah ini lagi, lalu kemana mereka pergi? Apakah mereka pergi menyusul Vidy ke Singapore???
Dina langsung bergegas pulang dengan rasa kecewa karena tidak dapat kabar tentang Vidy, sahabatnya itu. Walaupun mereka saling cuek selama ini, tapi entah kenapa dengan perpisahan ini rasa rindu dihati Dina seakan-akan membara. Dina merasa bersalah karena tlah bersikap cuek slama Vidy ada bersamanya. Ingin rasanya Dina memeluk erat tubuh Vidy, dan mengatakan “aku tak ingin kamu jauh dari ku, dan biarkan tangan ku ini memeluk erat tubuhmu agar tak ada lagi kata perpisahan di antara kita”.
Keesokan paginya Dina mendapatkan telpon dari tante Vivin, Mamanya Vidy, beliau mengajak ketemuan Dina di restoran tempat favorit Vidy dan Dina.
“kok tante Vivin ngajak ketemuan di Restoran itu? Dari mana beliau tau restoran itu? Buat apa beliau ngajak ketemuan? Dan dari mana saja mereka selama ini?” itu lah pertanyaan yang timbul dibenak Dina setelah mendapatkan telpon dari tante Vivin, mamnya Vidy.
Sesampainya di Restoran tersebut, tak ada tanda-tanda keberadaan tante Vivin. Bahkan ciri-ciri penampilan dari tante Vivin pun tak ada. “ach, mungkin saja tante Vivin masih dalam perjalanan”, pikir ku.
Setelah mencari meja kosong, Dina pun langsung memanggil pelayan restoran untuk memesan minuman sambil menunggu kedatangan tante Vivin. Tiba-tiba saja pelayan tersebut datang dengan membawa dua gelas minuman, jus kesukaan Dina dan Vidy. Dan selembar amplop yang berisikan surat. Terlintas dibenak Dina bahwa Vidy telah pulang ke Jakarta. “Vidy telah kembali, dan mungkin saja kini ia membuat surprise buat ku”, pikir Dina. Udah ngga sabar rasanya pengen cepat-cepat bertemu Vidy, sambil ucapkan kalo aku udah kangen padanya, dan ini lah saatnya aku tunjukan padanya bahwa aku mencintainya melebihi sahabat dan aku membutuhkannya untuk selalu disampingku. Aku tak ingin lagi kehilangannya, udah tak sabar rasanya hati ku ini”, terang Dina.
Dari kejauhan Dina melihat sesosok ibu-ibu yang menuju padanya, tak terlintas dibenaknya bahwa itu adalah tante Vivin, mamanya Vidy. Karena yang ada dihadapannya kini sesosok wanita yang menggunakan baju seadanya, dan rok panjang kusam yang menutupi kakinya yang seolah-olah telah letih berjalan, menggunakan sandal jepit dan tiada lagi high ghels yang biasa digunakankan, tiada lagi pakaian serta aksesoris mewah yang biasa melekat dibadannya. Karena Dina baru sadar bahwa yang kini berdiri dihadapannya adalah tante Vivin, mamanya Vidy.
“tante….”, sahut Dina.
“yah sayang ini tante, tante Vivin, mamanya Vidi sahabat lama kamu”, terang tante Vivin.
“apa yang telah terjadi tante, kok tante seperti ini? Dan Vidy mana tante, kok ngga ada, bukankah seharusnya dia ada bersama tante?”,
“ceritanya panjang nak, tapi tante membawakan kamu surat dari Vidy”, sahut tante Vivin.
Dina..
apa kabarnya kamu hari ini? Tentunya baik-baik saja kan? Dan bagaiman juga dengan kabar Vina? Aku harap kamu dapat menjaganya dengan baik y, sama seperti halnya kamu menjaga persahabatan kita dengan baik selama ini. Jaga kesehatan kamu ya, dan rajin-rajin belajar agar cita-cita kamu menjadi guru tercapai. Karena bila kamu berhasil aku pun ikut senang. Dokter telah memvonis usiaku hanya tinggal hitungan hari. Dan maafkan aku selama ini aku telah berbohong padamu, aku ke Singpore buka untuk kuliah, tetapi aq ke Singapore untuk menjalani pengobatan. Aku ingin hidup lebih lama din, perpisahan selama ini tiada artinya bagiku dibandingkan suatu hari nanti aku akan pergi untuk selama-lamanya jika Tuhan telah memanggil ku. Aku menderita kanker otak stadium 3, susah bagiku untuk dapat bertahan hidup.
apa kabarnya kamu hari ini? Tentunya baik-baik saja kan? Dan bagaiman juga dengan kabar Vina? Aku harap kamu dapat menjaganya dengan baik y, sama seperti halnya kamu menjaga persahabatan kita dengan baik selama ini. Jaga kesehatan kamu ya, dan rajin-rajin belajar agar cita-cita kamu menjadi guru tercapai. Karena bila kamu berhasil aku pun ikut senang. Dokter telah memvonis usiaku hanya tinggal hitungan hari. Dan maafkan aku selama ini aku telah berbohong padamu, aku ke Singpore buka untuk kuliah, tetapi aq ke Singapore untuk menjalani pengobatan. Aku ingin hidup lebih lama din, perpisahan selama ini tiada artinya bagiku dibandingkan suatu hari nanti aku akan pergi untuk selama-lamanya jika Tuhan telah memanggil ku. Aku menderita kanker otak stadium 3, susah bagiku untuk dapat bertahan hidup.
Itulah sebabnya aku selalu memendam perasaan padamu, karena aku tak ingin menyakiti perasaan mu, aku tak ingin suatu saat nanti kamu akan menangis dipusara nisan ku. Karena aku hanya ingin pergi dengan tenang, tanpa ada tangisan di wajah orang-orang yang aku sayangi.
Aku yakin suatu saat nanti jika kamu membaca surat ini, kamu akan lebih tahu tentang arti hidup yang sesungguhnya, kelak kamu akan menemukan sesosok sahabat penggantiku sekaligus akan menjadi teman hidupmu slama-lamanya.
Dina tak sanggup lagi untuk membaca surat dari Vidy tersebut, tak henti-hentinya Dina berteriak menyebut nama Vidy dengan penyesalan yang amat terdalam karena ia tlah terlambat untuk mengetahui yang sebenarnya. Hingga saat-saat terakhir Vidy pun Dina tak ada disampingnya, untuk memberikan support dan ketegaran pada Vidy. Semuanya tlah terlambat, nasi tlah menjadi bubur. Kini hanya ada rasa penyesalan yang dirasaai Dina, serta mencoba untuk ikhlas merelakan kepergian Vidy untuk selama-lamanya.
Dina berniat untuk pindah dari kampusnya, dan mencari kampus ternama di Jakarta dengan Fakultas Kedokteran. Dina ingin kuliah mengambil jurusan kedokteran. Walaupun harus mengulang dari nol lagi, tapi ia mempunyai niat juang untuk dapat menjadi Dokter Kanker. Karena ia ingin menyembuhkan penderita kanker, walaupun ia tak bisa menangani sendiri sahabatnya yang menderita kanker tersebut tapi suatu saat nanti ia tak ingin lagi melihat penyesalan dan tangisan dari keluargaa-keluarga yang ditinggalkan karena penyakit kanker tersebut. Dan Dina yakin diatas sana Vidy akan bangga tlah memiliki sahabat yang begitu menyayanginya dan peduli terhadapnya *_*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar